
Enkulturasi merupakan sebuah proses dalam mempelajari nilai dan norma kebudayaan yang dialami individu selama hidupnya. Enkulturasi dapat diartikan sebagai pengalaman belajar yang membedakan manusia dengan makhluk-mahluk lainnya, dimana manusia sejak awal dan juga pada masa hidup selanjutnya memperoleh kompetensi dalam kebudayaannya.
Istilah enkulturasi berasal dari kata Enculturation merupakan istilah antropologis yang diperkenalkan oleh Herkovits. Enkulturasi (Enculturation) dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan pembudayaan, sedangkan dalam bahasa Inggris sering disebut institutionalization.
Dalam proses ini seseorang belajar terus-menerus melalui kebudayaannya tentang adat-istiadat, sistem norma dan nilai, peraturan hidup serta cara menyikapi serta berfikir guna hidup dan menanggapi hidup bersama masyarakatnya.
Istilah enkulturasi (pembudayaan) lebih tepat digunakan jika ingin mengungkapkan sejak awal masa hidupnya seseorang anak perlu mendapatkan enkulturasi secara bertahap tentang norma-norma, peraturan hidup serta hal-hal yang harus dilakukan sebagai mahluk sosial dalam masyarakat.
Selain itu dalam proses enkulturasi juga tidak digunakan kekerasan untuk memaksakan aturan-aturan dan norma perilaku dalam masyarakat tersebut. Aturan-aturan, norma-norma, pranata social tidak akan menarik bila hanya diminta mengingat maupun menghafal. Aturan-aturan itu juga tidak akan diterapkan bila melalui pendekatan hafalan tanpa kontrol perilaku.
Sebaliknya aturan-aturan dan pranata social akan mudah diterima anak hingga orang tua bila dikemas melalui budaya misalkan melalui lagu tradisional anak-anak hingga tembang maupun mocopat bila dalam budaya jawa.
Pendidikan Budi Pekerti
Tulisan ini juga memilih istilah budi pekerti daripada menggunakan istilah karakter yang saat ini popular digunakan. Istilah karakter sama dengan watak, padahal yang namanya karakter masih terdiri dari dua kemungkinan kategori baik atau buruk.
Sedangkan dengan istilah budi pekerti hanya memungkinkan satu pilihan watak perilaku saja yaitu perilaku baik. Pekerti adalah perbuatan sedangkan budi mengandung pengertian baik; jadi dengan istilah budi pekerti sudah akan jelas yang dituju yaitu perbuatan-perbuatan baik.
Penggunaan istilah karakter atau watak masih ambigu, watak mana yang dituju, sebab ada dua watak yaitu baik dan buruk. Untuk itulah mengapa Nenek moyang kita dahulu menggunakan istilah budi pekerti dalam dunia pendidikan, bukan memilih istilah watak.
Kelemahan lain bila kita menggunakan istilah watak/karakter maka sebetulnya belum terpancarkan keluar sebab watak masih dalam sistem kognitif di otak masing-masing manusia, sedangkan budi pekerti mengandung pengertian operasional, sudah merupakan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dengan perbuatan baik yang dilakukan sebetulnya sekaligus juga sudah otomatis sebelum ada sistem berfikir anak/manusia tentang norma-norma dan pranata yang baik untuk dilakukan kepada masyarakat.
Tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Pada umumnya ciri-ciri watak yang baik yang menjadi dan yang menjadi tujuan pendidikan watak adalah: rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan.
Pranata dan norma-norma bila diwujudkan dalam bentuk perintah-perintah yang bersifat imperatif kepada anak-anak tidak akan menarik dan bahkan anak bisa menjadi memiliki sikap pemberontak sebab mereka merasa dipojokkan dan dipaksa oleh orang tua atau generasi terdahulunya.
Sumber:
AM. Susilo Pradoko. Makalah:”Enkulturasi Pendidikan Budi Pekerti Melalui Lagu-Lagu Tradisional Anak”, Seminar Nasional Paradigma Pendidikan Musik dalam Membangun Karakter Bangsa. Universitas Negeri Yogyakarta. 19 November 2011.
Enkulturasi Pendidikan Budi Pekerti