
Memang adakah bidang atau “disiplin” filsafat sastra? Bukan cuma istilah atau terminologi, melainkan memang ada secara formatif/konstitutif dalam arti memang memiliki wujud dan bentuk-isi “keilmuan”; punya ontologi dan epistemologi, apalagi aksiologi.
Jangan-jangan cuma mengada-ada – hanya ada istilahnya, namun kosong bentuk-isi keilmuannya. Bukankah sekarang berhamburan berbagai terminologi yang dibuat secara serampangan tanpa kehati-hatian, tanpa berpikir apa bentuk dan nisi terminologi? Jangan-jangan termasuk istilah “filsafat sastra”!
Filsafat sastra adalah filsafat yang menganalisis nilai-nilai kehidupan manusia yang dijabarkan seorang sastrawan dalam karya sastranya
Sampai sekarang memang dapat dipetakan ada pandangan tentang filsafat sastra.
Pertama, tentu saja, pandangan yang meyakini bahwa filsafat sastra tidak ada. Cuma mengada-ada sebagai kegenitan akademis atau intelektual.
Kedua, pandangan yang meyakini bahwa filsafat sastra boleh dan bisa ada secara akademis/intelektual. Namun, sosok keilmuan filsafat sastra dipandang masih belum jelas atau mendua. Ada kebutuhan memformulasi sosok filsafat sasatra.
Ketiga, pandangan yang meyakini bahwa filsafat sastra itu ada di dalam jagat sastra. Sosok “keilmuan” filsafat sastra dapat diformulasikan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menampakkan keutuhan keilmuan sekaligus perbedaan dengan bidang keilmuan lain, misalnya teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra.
Pandangan ketiga yang meyakini bahwa bidang filsafat sastra itu ada, bukan mengada-ada sebagai kekenesan akademis atau keserampangan intelektual, tentulah dituntut untuk mengemukakan bukti-bukti eksistensi filsafat sastra.
Dalam hubungan ini, paling tidak, dapat diajukan tiga bukti pokok.
Pertama, wacana atau diskursus yang membicarakan dan membahas ihwal filsafat sastra. Misalnya, hal ini dapat dicari dan ditemukan dalam buku-buku yang berjudul filsafat sastra atau hubungan filsafat dan sastra.
Kedua, kajian-kajian filsafat sastra dalam dunia kajian sastra di samping publikasi kajian sastra. Kesemarakan kajian dan publikasi berkenaan dengan filsafat sastra dapat dimaknai sebagai gejala adanya filsafat sastra.
Ketiga, adanya ontologi dan epistemologi yang terang, gambling, dan jelas sebagai persyaratan tubuh-pengetahuan filsafat sastra.
Jika kita merujuk pada konstruksi berpikir Ferdinan Sausure, Filsafat betul – betul berjalan searah dengan bahasa dan sastra.
Agak belepotan otak kita, jika berusaha menceraikannya. Walaupun Sausure membahas dengan cara melemparkan istilah tanda dan petanda, pada akhirnya juga menuju sistem ketatabahasaan dan pergumulan sastra.
Namun, jangan lupa di dalam ketakterpisahan itu, ada sejumlah masalah. Misalnya, penggunaan istilah yang kerap kali di luar sistem ketatabahasaan (di luar ketetapan sintaksis dan semantik).
Barangkali patut kita pikir ulang, kalau konstruksi filsafat, serta luapan cara pikirnya, menerjang sistem ketatabahasan, yang pada akhirnya menjerumus pada kesalahan istilah dan dengannya ada kesalahan tafsir.
Filsafat analitik malah bertumpu bahasa sehari-hari. Begitu juga banyak formasi filosofis diekspresikan dengan sastra, bukan hanya dalam sastra.
sumber: facebook.com/saryonodjoko
Filsafat Sastra: Mengada-ada Atau Memang Ada