Puisi Kopi

secangkir kopi

Siapa yang tidak mengenal kopi? Bagi penikmat kopi sejati, pasti akan setuju dengan istilah kopi jujur. Mereka terkadang merasakan sensasi manis di kepahitan secangkir kopi.

–ooOoo–

Puisi Surat Kopi

Lima menit menjelang minum kopi, aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih, setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”

Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.

Kau punya bermacam-macam kopi dan kau pernah bertanya, ”Kau mau pilih kopi yang mana?”

Aku jawab, “Aku pilih kopimu.”

Di mataku telah lahir mata kopi.

Di waktu kecil aku pernah diberi Ibu cium rasa kopi.

Apakah puting susu juga mengandung kopi?

Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku

Burung menumpahkan kicaunya ke dalam kopi.

Matahari mencurahkan matanya ke hitam kopi.

Dan kopi meruapkan harum darah dari lambungmu.

Tiga teguk yang akan datang aku bakal mencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.

–ooOoo–

Puisi kopi sufi

Pesakitan rindu, pecandu kopi, penyamun di malam hari, penderita sulit bangun pagi, lengkap sudah.

Apakah salah bila aku tidur larut malam, bangun siang, kecanduan kafein dan merindumu?

Diruang-ruang nostalgia, ketika rindu pernah didiamkan sampai dingin, sehingga enggan untuk diseruput sampai maut.

Semoga kopinya cepat hangat lagi, agar ia bisa menjadi obat, kemudian para sahabat kembali dekat.

Pukul satu menjelang dua

Tiga cangkir kopi terkuras

Maafkan aku esok tak dapat bersama

Sebab mataku merah dan badan lemas

Kopiku sudah dingin, dia seperti berkhianat mengikatku dalam pekatnya.

Dia tak lagi jadi obat untuk kerinduan pada para sahabat.

–ooOoo–

Puisi Kopi Jujur

Jangan menilai kopi dari pahitnya, rasakan nikmatnya kau akan tahu manisnya dimana. Menilai orang pun juga begitu.

Biar kunikmati rindumu yang mengendap seperti ampas kopi pagi hari, walau dingin dan bukan aku

Setidaknya malam ini aku bisa menerima keadaan, dimana kopi gula dan air panas menyatu dalam gelas ukuran sedang

Kata yang marah tak pernah punya banyak alasan untuk pemberontakan. Namun pada KOPI kau mampu menyederhanakan.

Gadis kopi pelita kelabu dimata coklat hambar tangisnya dan pekat senyumnya membuat ku ketagihan kala ku melihatnya

Karna egomu, rindu yang terpendam pun kini kandas tenggelam lemas dalam kemalasan.

Kopiku malam ini pahit, mungkin aku lupa jika manisnya telah tumpah di pelukan kopi yang lain

Rupanya temu tak cukup mengakhiri rindu. Selalu bodoh diri dibuatnya. Mungkin bersama adalah jurus yang ampuh kalahkan rindu.

–ooOoo–

Puisi kopi di atas untuk mendukung Aksi Satu Juta cup KOPI JUJUR Gratis

 

Puisi Kopi

Lentera Kecil

Media online sarana pembelajaran pendidikan dan pengetahuan informatif, inspiratif dan edukatif

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comments (2)