
Semangat Achmad Bakrie untuk CEO Group Bakrie
“Bagi saya belajar tidak ada habis-habisnya; Namun kita harus menyesuaikan diri. Jangan, lalu, merasa lebih hebat dari orang lain,” tutur Ahmad Bakrie pada tabloid Mutiara (1979).
Kalimat yang sederhana dengan makna yang dalam bahwa apabila kita ingin maju, jangan pernah berhenti menggali ilmu pengetahuan sampai kapan pun. Ungkapan tersebut tidak hanya sebagai retorika semata, namun benar-benar dipraktekkan oleh Ahmad Bakrie bahkan ketika penglihatannya mulai mengalami keterbatasan.
Saya paling kesal, kalau tidak bisa membaca. Achmad Bakrie
Keberadaan bisnis Group Bakrie bukan semata faktor kebetulan dan keberuntungan, walau ketika Ahmad Bakrie kecil sekitar tahun 1921 iseng melihat orang India (Keling) yang menjual obat tradisional keliling di emper kios pasar memintanya mendekat. Dan si Bakrie kecil pun menurut saat penjual obat itu menyuruhnya membuka telapak tangan lebar-lebar dan berkata “Bakrie. Kau akan jadi saudagar” Meski diramal menjadi saudagar oleh orang India tersebut, perjuangan melahirkan dan mendirikan bisnis Group Bakrie tidak terlepas dari naluri, pengetahuan dan pengalaman serta strategi bisnis Ahmad Bakrie.
Ahmad Bakrie mungkin tersenyum “di sana” tatkala kerajaan bisnis yang dibangunnya dapat bertahan dan berjaya setelah 70 tahun berlalu. Namun sementara ini Group Bakrie harus tetap berjuang dalam persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi. Tuturan kata Ahmad Bakrie sebagai pendiri masih patut dipertahankan dan diharapkan menjadi slogan dan semangat yang kuat bagi seluruh armada Group Bakrie “Belajar tidak ada habis-habisnya. Namun kita harus menyesuaikan diri. Jangan merasa lebih hebat dari orang lain”
Siapapun itu, terutama menjadi CEO Group Bakrie, di tengah situasi yang tengah dan akan terus berjuang menghadapi berbagai tantangan, semangat Ahmad Bakrie dapat dijadikan inspirasi CEO Group Bakrie dalam mengarungi samudra bisnis.
Strategi CEO Bisnis Group Bakrie
70 tahun Group Bakrie telah berkibar di kancah bisnis nasional maupun internasional. Bermacam strategi manajemen bisnis mungkin telah diterapkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Akankah berhenti sampai di sini? Perubahan peta bisnis terus berubah seiring dengan perkembangan zaman dan kehidupan manusia. Persaingan bisnis akan terus bergulir baik oleh kompetitor lama maupun yang baru tampil bahkan prediksi kemungkinan new competitor yang akan ikut bersaing di arena bisnis perlu dipikirkan.
Bagaimana strategi CEO Group Bakrie ke depan? Sejarah serta pengalaman merupakan guru terbaik, berkaca pada perjuangan Achmad Bakrie ketika awal membangun bisnis Bakrie bukan dengan cara mudah dan sekejap dan akhirnya berhasil mengenalkan kepada dunia tentang keberadaan bisnis Group Bakrie. Catatan pengalaman tersebut dapat dijadikan landasan strategi CEO Group Bakrie dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnis perusahaan dengan melihat SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Group Bakrie.
Kekuatan (Strengths) Bisnis Group Bakrie
Kini, nama Group Bakrie sudah dikenal masyarakat luas sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan, telekomunikasi, property, agribisnis, metal, dan infrastruktur, dengan total kekayaan aset perusahaan menurut securities.com sekitar 34,171 trilyun di tahun 2011. Selain itu pengalaman selama 70 tahun mengelola bisnis merupakan aset yang sangat kuat dan bagus.
Dengan kekuatan (Strengths) modal tersebut, Group Bakrie dapat melakukan ekspansi bisnis berbagai bidang lain, membangun jaringan bisnis yang lebih solid serta menciptakan loyalitas dan kemampuan sumber daya manusia, guna lebih memperkenalkan dan mengangkat prestise kerajaan bisnis Group Bakrie ke seluruh dunia.
Selain itu, untuk saat ini, nama besar merupakan modal utama sebagai kepercayaan dan kredibilitas bagi masyarakat umum terutama untuk dunia bisnis. Penjualan saham sebagai menambah modal perusahaan akan lebih diminati bila milik perusahaan besar dan berpengalaman. Pinjaman Bank akan lebih mudah terealisasi apabila mempunyai kredibilitas yang terpercaya.
Satu lagi keuntungan positif Group Bakrie untuk pasar dalam maupun luar negeri yaitu perusahaan ini merupakan milik pribumi asli Indonesia yang merangkak mulai dari nol ketika Bakrie kecil hanya menggunakan kekuatan naluri bisnis untuk memulai menjadi pedagang atau pengusaha dengan mengumpulkan buah kemiri dan gambir di hutan “tak bertuan” untuk dijual kembali serta mengumpulkan modal uang dengan bekerja sebagai “makelar” pada perusahaan Belanda, namun kini mampu bersaing dengan Taipan-taipan bisnis lain. Rasa nasionalis, simpati dan empati dapat dijadikan kekuatan modal plus bagi Group Bakrie.
Kelemahan (Weaknesses) Bisnis Group Bakrie
Roma tidak dibangun dalam sehari, demikian halnya dengan Bakrie and Brother Corporate. Bertahun-tahun membesarkan nama Group Bakrie dengan segala macam tantangan. Kelemahan (Weaknesses) perusahaan perlu dihadapi dan dibenahi.
Penokohan nama pribadi merupakan sedikit kelemahan Group Bakrie. Kenapa tidak berkaca pada pendiri perusahaan? Orang awam lebih mengenal Aburizal Bakrie daripada Bakrie and Brother Corporate bahkan untuk pendiri perusahaan sekali pun yaitu Achmad Bakrie yang memang tidak mau ditonjolkan apalagi menonjolkan diri. Padahal “bang Ical” telah mengundurkan diri dari jajaran CEO Group Bakrie dan mencoba berkarir politik praktis. Namun masyarakat tetap tidak peduli, Group Bakrie adalah Aburizal Bakrie. Sepak terjang Aburizal tetap dianggap sepak terjang Bakrie and Brother Corporate.
Selain itu, teknologi informasi yang begitu cepat perkembangannya, pihak Humas Group Bakrie lebih dioptimalkan sebagai menjadi penyambung komunikasi terhadap konsumen dan masyarakat luas. Penempatan dan peran humas sebagai negosiator, public relation, seharusnya dipegang orang yang kompeten di bidangnya dan bergerak cepat menepis isu-isu negatif maupun menebar kemajuan yang berkaitan dengan Group Bakrie, meski bukan dari kalangan keluarga Bakrie.
Beberapa tahun lalu nama Group Bakrie menjadi perbincangan dunia karena kasus Lumpur Lapindo yang dialami salah satu usahanya. Sorotan yang tajam ditujukan kepada Bakrie and Brother Corporate sebagai pemegang saham terbesar. Meski bukan kesengajaan serta terjadi kesalahpahaman menjadikan masalah tersebut menjadi isu komoditas politik yang semakin jauh dengan pokok persoalan yang sebenarnya dan kasus ini terus berlanjut hingga saat ini. Seharusnya, kalau perlu pihak CEO Group Bakrie turun langsung ke korban tanpa dicampuri pihak lain untuk menjelaskan keadaan sebenarnya. Ibarat sebuah kudis pada tubuh, akan mengurangi keindahan dan kenyamanan tubuh, untuk itu segera diobati sampai tuntas agar tidak kambuh lagi.
Satu lagi kelemahan yang patut dipikirkan sekaligus dibuat peluang bisnis Group Bakrie adalah usaha yang dilakukan selama ini merupakan pengekor usaha bisnis yang ada. Mengapa tidak membuat atau menciptakan usaha “first business” yang dapat dijadikan panutan pengusaha lain? Berusaha membuat bisnis pertama kali yang dikembangkan oleh Group Bakrie di dalam negeri, bahkan jika memungkinkan pertama di dunia.
Peluang (Opportunities) Bisnis Group Bakrie
Pada tahun 1933 Achmad Bakri bekerja sebagai salesman obat-obatan pada perusahaan apotik Belanda, ketika Jepang masuk ke Teluk Betung (Lampung) 1942, apotik tersebut bubar. Naluri bisnis pemuda Bakrie timbul dengan pikiran apabila kapal Belanda diblokir Jepang, maka harga obat akan melambung tinggi, untuk itu strategi yang diambil adalah memborong semua obat yang ada di apotik tersebut dengan semua uang tabungannya.
Cerita lain, ketika memperoleh lisensi trayek dari polisi Jepang sebagai balas jasa sewaktu menolong mobil perwira polisi Jepang yang mogok bersama kakaknya Abuyamin, walau tidak mempunyai kendaraan, lantas pemuda Bakrie mendatangi pemilik angkutan yang tidak boleh beroperasi semasa penjajahan Jepang dengan persyaratan: keluarga Bakrie naik gratis, hanya boleh mengangkut minyak goreng milik Abuyamin. Hasilnya monopoli minyak goring dikuasai keluarga Bakrie untuk daerah setempat dan antara Kalianda – Teluk Betung (Lampung) keluarga Bakrie naik secara gratis..
Kedua pengalaman tersebut membuktikan naluri untuk menangkap peluang bisnis saat itu sudah melekat di Achmad Bakrie yang kemudian menciptakan strategi sebagai tindaklanjutnya. Group Bakrie harus mencari dan memanfaatkan peluang-peluang (Opportunities) yang ada saat ini dan ke depan untuk mengembangkan armada usaha Bakrie and Brother Corporate.
Saat ini kemajuan teknologi informatika termasuk perangkatnya merupakan pertumbuhan yang sangat pesat. Masih banyak peluang pangsa pasar yang haus dengan perkembangan teknologi informatika termasuk kebutuhan komputer dan telekomunikasi masa depan. Selain untuk kebutuhan Group Bakrie sendiri, memproduksi perangkat elektronika dan telekomunikasi hasil dalam negeri yang berkualitas masih belum terpenuhi.
Selain itu pergerakan pindah orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lain masih membutuhkan sarana transportasi baik darat, laut maupun udara yang cepat, aman dan nyaman juga merupakan pasar yang potensial bagi masyarakat luas di era serba cepat ini.
Namun CEO Group Bakrie juga memanfaatkan peluang non bisnis tetapi mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk masa depan perusahaan seperti mendidik dan menyekolahkan karyawan yang berdedikasi dan berloyalitas tinggi terhadap perusahaan agar menjadi entrepreneurial executive yang berani mengambil dan menghitung risiko bukan menghindari resiko. Atau memberi beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa berprestasi agar kelak bisa direkrut sebagai karyawan sesuai standard Group Bakrie. Hal ini sesuai dengan semangat Achmad Bakrie “Belajar tidak ada habis-habisnya”
Ancaman (Threats) Bisnis Group Bakrie
Usaha bisnis Group Bakrie bukan monopoli atau hanya milik Bakrie and Brother saja, melainkan banyak perusahaan lain yang memiliki usaha yang sama baik dalam skala besar maupun kecil, milik BUMN maupun swasta.
Sebagai CEO Bakrie and Brother Corporate kelangsungan perusahaan menjadi tanggung jawab utama. Ancaman-ancaman (Threats) kehancuran bisnis Group Bakrie siap meledak apabila tidak diperhatikan dengan serius. Persaingan bisnis bisa saja menjadi permainan kotor yang dilakukan oleh orang luar maupun orang dalam. Perkembangan pasar yang fluktuatif dan unpredictable serta krisis ekonomi akibat perubahan suhu politik dan kebijakan nasional maupun global. Di sinilah semangat Achmad Bakrie bisa digunakan sebagai inspirasi manajemen Group Bakrie agar solid dan kuat untuk menghindari ancaman-ancaman yang mungkin bakal terjadi.
Strategi semangat Achmad Bakri cukup sederhana namun bermakna luas yaitu “Bila kita ingin maju, jangan pernah berhenti menggali ilmu pengetahuan. Belajar tidak ada habis-habisnya, namun kita harus menyesuaikan diri. Jangan, merasa lebih hebat dari orang lain.” Dengan kata lain apabila kita sudah merasa pintar dan puas dengan hasil saat ini, maka siap-siaplah di ambang kehancuran. Untuk itu belajar dan bergaul dengan orang pintar dan orang baik dapat mengintrospeksi diri agar tidak terjebak dengan “merasa pintar dan paling baik”
Pengimplementasian strategi tersebut adalah dengan terus belajar untuk menambah ilmu pengetahuan serta mengikuti perkembangan zaman baik secara teori maupun praktek bagi semua sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Terutama belajar ilmu bisnis dari pengalaman pebisnis besar. Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh karyawan untuk menuntut ilmu di pendidikan formal maupun non formal.
Selain itu Visi dan Misi perusahaan harus lebih ditegaskan secara jelas baik untuk kalangan sendiri maupun luar serta diimplementasikan oleh seluruh armada Group Bakrie mulai dari tingkat Direksi sampai karyawan terendah.
Pembenahan bangunan, sarana, sumber daya manusia serta infrastruktur termasuk alat manajemen karyawan untuk memberikan penghargaan kepada karyawan berprestasi serta sangsi tegas kepada karyawan yang melanggar aturan juga sebagai sarana apabila terjadi konflik internal perusahaan seperti ketidakpuasan karyawan terhadap perusahaan yang bisa menjadi pemicu ancaman kehancuran.
Piranti Sistem Manajemen Kerja untuk kewajiban, hak serta evaluasi karyawan dilakukan secara adil, transparan, dan objektif, berdasarkan bukti-bukti yang dibutuhkan hingga menciptakan loyalitas dan dedikasi yang tinggi kepada perusahaan. Terlebih bagi Group Bakrie yang merupakan perusahaan keluarga dengan menganut asas sense of belonging semua karyawan telah dianggap merupakan keluarga besar yang utuh tanpa melihat suku, ras, agama.
Belajar dari sejarah runtuhnya bisnis keluarga, CEO harus belajar banyak untuk menganalisa dan menghindari penyebab utama hancurnya bisnis dengan manajemen keluarga tradisional menjadi manajemen bisnis keluarga modern. Serta mengendalikan perusahaan tidak setengah hati atau keterpaksaan sebagai pewaris tahta.
Bisnis Group Bakrie Kearifan Lokal
Group Bakrie dirintis oleh orang lokal Indonesia yang mempunyai budaya ramah dan kekeluargaan serta murah senyum yang kini kian terkikis. Kepudaran kearifan lokal tersebut hendaknya dijadikan alasan kuat untuk mengembalikan budaya tersebut melalui bisnis Group Bakrie bersama masyarakat Indonesia yang memiliki nilai-nilai budaya kearifan.
Seiring pertumbuhan penduduk kian melesat dan persaingan hidup juga semakin ketat, dengan menciptakan usaha baru oleh Group Bakrie secara tidak langsung memberi kontribusi kepada pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran yang semakin tinggi. Sebagai perusahaan pribumi yang besar seyogyanya kearifan lokal Group Bakrie dapat dijadikan modal kuat kepedulian nasib bangsa Indonesia.
Pustaka: Achmad Bakrie – Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan,Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5 Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara, HM Hembing Wijaya Kusuma (Peny.) ed-3, Jakarta: Pustaka Populer Obor 2007 Situs: bakrie-brothers.com, diakses 25 Mei 2012Belajar dan bergaul dengan orang pintar dan orang baik dapat mengintrospeksi diri agar tidak terjebak dengan merasa pintar dan paling baik. Achmad Bakrie
Semangat Achmad Bakrie untuk CEO Group Bakrie
betul banget koment mastah yg di atas ane
beli perusahaan BUMN yg merugi.bisa di di jadikan perusahaan yg sehat.jadikan bakrie perusahaan yg bisa merajai asia