
Berpangkal pada kesibukan orang-orang yang semakin meningkat dan faktor perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat, bisnis jasa cuci-mencuci berkembang pesat di Indonesia, dari kota besar sampai pelosok kabupaten. Dari masa ke masa, pelanggan yang dilayani bisnis ini pun menjangkau kalangan yang semakin luas. Begitu juga dengan jenis pakaian yang dicucikan dan teknik pengerjaannya.
Berikut ini runutan era bisnis cuci-mencuci di Indonesia. Walaupun tidak menampilkan data dan periode, setidaknya daftar ini bisa memberikan gambaran bahwa bisnis ini tidak berhenti, tetapi malah tumbuh mengikuti perkembangan teknologi dan tuntutan industri-industri terkait.
Era Penatu
Pada zaman dulu, pelanggan jasa pencucian sangat terbatas pada kalangan super sibuk. Ketika itu, jenis pakaian yang dicucikan juga terbatas pada jenis-jenis yang sulit dicuci sendiri di rumah. Tidak jarang jasa penatu tidak memiliki mesin untuk membantu mengerjakan order sehingga mereka hanya mengandalkan ember, deterjen, papan kucek, dan dua tangan. Padahal beberapa jenis pakaian—seperti safari, jeans, jaket—berbahan kain tebal. Lembaran kain besar—seperti gorden, seprai, selimut—juga dikerjakan dengan tangan.
Era Laundry
Pada era ini, sebutan penatu sudah mulai menghilang dari peredaran. Sebutan ‘laundry’ yang lebih modern mulai menggantikannya bersamaan dengan masuknya jaringan jasa laundry dari luar negeri. Masyarakat mulai sadar tentang keperluan menangani pakaian berbahan sensitif secara khusus oleh ahlinya. Layanan ini ditawarkan oleh jasa laundry yang sudah menggunakan mesin dengan berbagai pengaturan untuk menyesuaikan jenis kain yang dicuci.
Era Laundry dan Dry Cleaning
Istilah ‘dry cleaning’ mulai bermunculan di toko-toko yang menawarkan jasa laundry setelah mereka menerapkan teknologi ini di Indonesia. Peralatan dan bahan-bahan kimia tertentu digunakan untuk membersihkan kain tanpa mencucinya secara konvensional. Garmen yang hanya bisa dicuci kering pun mendapatkan perawatan yang semestinya.
Era Laundry Kiloan
Jasa laundry kiloan lebih populer di kalangan khalayak ramai karena murah meriah. Mulai pakaian dalam sampai handuk dan taplak meja dimasukkan ke dalam mesin cuci untuk dicuci bersamaan menggunakan deterjen dan pewangi kain. Siapa pun bisa membuka jasa laundry kiloan karena modalnya tidak terlalu besar dibandingkan jenis bisnis cuci-mencuci yang lain. Satu kios laundry kiloan kadang hanya memiliki satu mesin cuci dan satu mesin pengering. Sebagian kios laundry kiloan memakai deterjen khusus untuk mesin cuci, sebagian yang lain memilih deterjen generik yang dibeli secara grosir untuk menekan biaya.
Era Setrika Kiloan
Terinspirasi bisnis laundry kiloan, muncullah bisnis setrika kiloan. Hal ini juga untuk menjawab keluhan banyak orang yang menganggap menyetrika sebagai pekerjaan yang paling dibenci. Bisnis setrika kiloan bisa dilakukan siapa saja, termasuk para ibu rumah tangga yang mengerjakannya di rumah. Situs-situs jual-beli di internet pun dimanfaatkan sebagai media beriklan gratis. Sebuah setrika cukup menjadi modal. Permukaan kain menjadi berkilat karena cara menyetrika yang salah menjadi urusan lain.
Era Laundrette/Laundromat
Indonesia termasuk terlambat mengadopsi era launderette atau laundromat. Karena kendala modal besar atau apa pun alasannya, bisnis ini baru muncul di tanah air belakangan ini di daerah padat penginapan turis-turis asing. Di negara-negara Barat, toko launderette tersebar di banyak lokasi dan dipakai oleh warga lokal. Launderette atau laundromat mudah dikenali dari deretan mesin cuci dan mesin pengering yang dioperasikan sendiri oleh pelanggan dengan cara memasukkan koin. Laundromat bisa menjadi tempat bersosialisasi antarwarga sambil menunggu cucian selesai.
Era Laundry App yang Belum Datang
Di Inggris terdapat Laundrapp dan Washbox. Di Cina terdapat Edaixi. Aplikasi-aplikasi smartphone ini bekerja sama dengan toko-toko laundry di berbagai lokasi untuk melayani pencucian pakaian kotor yang bisa diantar-jemput. Pengguna aplikasi cukup memasukkan jenis dan jumlah pakaian kotor sehingga aplikasi bisa menghitung biaya yang harus dibayar oleh pengguna layanan. Kalau aplikasi layanan ojek saja sudah muncul di Indonesia, aplikasi laundry pun diperkirakan akan hadir tidak lama lagi.