
Bagi umat Islam memahami betul bahwa dalam sebuah hadist Rasulullah SAW dikatakan bahwa barang siapa yang ingin berhasil di dunia harus dengan ilmu, barang siapa yang ingin berhasil di akhirat harus dengan ilmu dan yang ingin berhasil dunia akhirat harus dengan ilmu. Sedangkan syarat untuk mencari ilmu antara lain harus pada waktunya, mempunyai guru, cukup biaya, sungguh- sungguh.
Dengan demikian kiprah seorang guru menjadi sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum seperti yang telah dibuktikan oleh Kihajar Dewantoro. Menurut perkembangannya istilah dan definisi guru terus berkembang sesuai dengan tuntutan dan kemajuan jaman. Namun dipandangan umum bila mendengar istilah guru akan terinfirasi untuk membayangkan sosok yang ideal sebagai seorang intelektual yang ada ditengah-tengah masyarakat di seluruh penjuru tanah air dengan profesi sebagai pendidik yang selalu ada di depan kelas.
Situasi di tahun 60 an sosok seorang guru sangat disegani dan diandalkan dalam penomena sosial, dianggap satu-satunya kaum intelektual yang selalu diandalkan serta menjadi rujukan dalam kegiatan kemasyarakatan, bahkan apabila ada suatu program pemerintah yang menembus ke pelosok pedesaan selalu mengandalkan tenaga guru, seperti halnya sensus penduduk, pelaksanaan pemilihan umum, bahkan dalam hal meminang ataupun acara serah terima penganten selalu meminta bantuan guru.
Secara evolusi ternyata kepiawaian guru di alam globalisasi yang dianalogikan dengan kemajuan jaman serta perkembangan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang semakin deras ternyata terjadi degradasi pemberian penghargaan terhadap guru, bahkan ruang gerak serta improvisasi guru semakin dibatasi. Yang sangat memprihatinkan berkembang hembusan untuk menggembos kredibilitias guru melalui cara provokasi pembentukan opini yang merugikan profesi dan keluarga guru
Opini yang berkembang di tengah-tengah masyarakat selalu dihembuskan bahwa pendidikan mahal adalah ulah dari guru yang menjual buku di sekolah, ulah guru untuk melakukan kegiatan ekstra kurikuler, bahkan guru yang berisiatif untuk menambah jam pelajaran diluar jadwal dianggap sebagai perbuatan mengada- ada. Sampai-sampai ada media yang berani melansir tulisan tentang pelarangan guru melakukan kegiatan les di sekolah.
Anehnya banyak kaum intelektual dewasa ini terprovokasi dan lupa akan jasa guru, sehingga disana sini seolah-olah guru dikecam, sampai-sampai kesalahan yang sekecil-kecilnya pun di blow up untuk mendiskreditkan guru . jadi profesi guru yang sangat mulia ini menjadi kurang diminati oleh generasi muda, termasuk para pelajar jarang yang berminat menjadi guru.
Hal itu seperti yang diamati oleh reporter berita kota bahwa disaat mendampingi Walikota Sukabumi H. Mokh Muslikh Abdusyukur, SH, Msi. berkunjung ke sekolah-sekolah.
Yaitu disela-sela kunjungannya ke sekolah, Walikota Sukabumi H. Mokh Muslikh Abdsusyukur, SH, Msi. selalu masuk ke ruangan kelas, kemudian bertanya kepada siswa siapa yang berminat menjadi guru coba angkat tangan . Dari setiap ruangan yang dikunjungi Walikota, Paling banyak yang berminat untuk menjadi guru 2 orang, bahkan seseringnya tidak ada yang berminat menjadi guru.
Disaat itu pula Walikota Sukabumi bertanya kepada para siswa berapa anda diberi uang jajan oleh orang tua kalian. Untuk di tingkat SD yang ada di pinggiran minimal bekal jajannya Rp 1.000 dan SD di tengah perkotaan ada yang Rp 2.000 dan ada yang Rp 3.000, sedangkan untuk SMP diberi bekal jajan oleh orang tuanya Rp 4.000 s.d Rp 5.000. Adapun untuk siswa SMU mereka mengatakan normalnya Rp 5.000 setiap hari bahkan ada yang sampai Rp 15.000 setiap hari.
Anehnya tatkala guru berinisiatif untuk membantu murid menyediakan LKS yang harganya Rp 5.000 untuk satu semester, ributnya dikalangan orang tua siswa setengah mati. Yang aneh bila sekolah menyediakan/menjual buku di sekolah menjadi ribut dan ada yang mengatas namakan masyarakat protes kesana kemari, bahkan sampai unjuk rasa, tetapi bila di sekolah menjual baso tidak ribut.
Mungkinkah ada pemahaman yang keliru dari masyarakat bahwa nilai semangkuk bakso lebih berharga dan lebih bermanfaat bagi siswa dibandingkan dengan sebuah buku untuk menunjang proses belajar mengajar, atau ada alasan lain sehingga guru dilarang untuk menyelenggarakan les tambahan jam belajar diluar jadwal baku. Namun bila dilihat secara cermat, mengapa bila anaknya masuk ke bimbingan belajar swasta yang pembayarannya lebih besar, tidak ada protes dari orang tua siswa.
Jadi sampai kapan bangsa Indonesia akan cerdas bila persoalan buku yang disediakan di sekolah dilarang untuk dibeli oleh siswa, sedangkan perkembangan dan kemajuan dunia sudah bergeser setiap detik bahkan setiap sekon. Bisa kita lihat bagaimana perkembangan bentuk dan jenis elektronik atau pun kendaraan membanjiri pasar indonesia, sedangkan di dalam negeri buku bacaan sebagai sumber pembelajaran tidak boleh berubah.
Sampai kapan bangsa Indonesia akan mengimbangi kemajuan dunia luar, karena perkembangan microsoft saja dari setiap generasi semakin cepat berubah, termasuk produk komputer dari bulan ke bulan semakin cepat berubah.
Kapan generasi muda kita akan menikmati kemajuan dunia bila gurunya saja terus direcoki dengan persoalan yang kecil dan tidak prinsip, berikanlah kebebasan bagi guru dalam berkiprah mengembangkan kreativitas, doronglah guru yang menghasilkan sesuatu metode baru untuk memperlancar proses belajar mengajar, doronglah guru untuk berkreasi mengembangkan penelitian metode pembelajaran di alam global yang didukung dengan referensi yang bersumber dari buku. Hargailah guru yang mampu menyempurnakan kurikulum yang sesuai dengan kemajuan iptek
Karena guru itu merupakan manusia biasa yang mungkin saja ada kesalahan dalam berkiprah atau dalam kehidupan keluarganya bahkan dalam kehidupan bermasyarakat janganlah dibesar-besarkan mana kala guru salah tapi ingatkanlah dengan cara yang santun, agar membawa hikmah sehingga jadi petunjuk demi perbaikan dimasa mendatang.
Insya Allah orang yang berjiwa guru, yang berprofesi sebagai guru akan arif menyikapi setiap persoalan, apalagi bila guru di ingatkan secara santun akan hormat dan berjiwa besar untuk memperbaiki kekurangannya. Namun bila ketenangan dan kenyamanan guru terusik siapa yang akan sanggup melanjutkan perjuangan guru dalam mendidik generasi muda di masa datang.
Lindungilah guru, hormatilah guru, maafkanlah guru, teruskanlah wahai guru untuk berkiprah demi masa depan anak bangsa Indonesia yang tercinta ini
Ditulis oleh : Drs. H.A. Hamdan, M.M.