
Keberadaan pertama kilang minyak di Indonesia dimulai tahun 1890, yang selama 55 tahun kemudian kilang banyak didirikan perusahaan-perusahaan asing di dekat lapangan-lapangan minyak Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sebagian sudah tak ada bekasnya.
Kilang Minyak Di Indonesia pertama adalah Kilang Pangkalan Berandan yang didirikan 16 Juli 1890, oleh perusahaan Hindia Belanda DeKoninklijke atau The Royal Dutch di Pangkalan Berandan. Tanggal 1 Maret 1892 pabrik pun mulai berproduksi dan hasilnya sudah bisa dijual di pasaran dunia.
Sejarah Kilang Minyak Di Indonesia
Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik atau fasilitas industri yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya untuk mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan.
Dalam catatan sejarah kilang di Indonesia, dimulai dari saat Zijlker si penemu sumber minyak pertama di Indonesia, yaitu di Pangkalan Berandan 5 Juni 1885, berhasil meyakinkan banyak pihak di Belanda untuk mendirikan perusahaan yang kemudian terkenal sebagai De Koninklijke atau The RoyalDutch.
Perusahaan inilah yang pertama mendirikan penyulingan minyak di Pangkalan Berandan pada 16 Juli 1890, yang dirancang mengolah minyak mentah dari Sumatera Utara dengan teknologi distilasi atmosfer yang sangat sederhana.
Perusahaan ini pun mendirikan Kilang Plaju, berproduksi sejak 1904 untuk mengolah minyak mentah dari lapangan Blapangan minyak sekitar Palembang. Kilang ini beberapa kali mengalami pembumihangusan. Pembangunan dilanjutkan tahun 1948 dengan menambah unit penyulingan V (CDU V) dan unit ekstraksi S02.
Pada 24 Februari 1907 De Koninklijke bergabung dengan Shell menjadi Royal Dutch Shell atau De Koninklijke Shell. Untuk operasinya, keduanya mendirikan anak perusahaan bernama BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij). Shell, sebelum penggabungan, membangun Kilang Balikpapan tahun 1891 untuk mengolah minyak dari Sanga-Sanga. Setelah merger kilang Balikpapan dioperasikan oleh BPM, anak perusahaan Royal Dutch Shell.
Perusahaan lain, NKPM (Nederlandsche Kolonial Petroleum Maatschappij), yang kelak bernama Standard Vacuum Company (Stanvac), membangun Kilang Sungai Gerong, Palembang, untuk mengolah minyak dari Talang Akar, yang berseberangan dengan kilang Shell di Plaju.
Sebelum pecah Perang Dunia II di Asia, Kilang Sungai Gerong merupakan salah satu kilang besar di Asia Timur. Mulai beroperasi Mei 1926, terdiri atas 6 unit Shell Still, 2 unit Cracking Coil, dan 1 unit Treating. Sempat ada Kilang Kenten di kota Palembang, sebuah kilang kecil, dengan peralatan untuk pembuatan kilang berasal dari hasil curian para pejuang dari Sungai Gerong.
Dan masih di Sumatera, dibangun Kilang Langsa tahun 1943, yang berlokasi tersembunyi di kebun karet Paya Buyok agar pihak Sekutu tidak dapat mengetahuinya. Di Pulau Jawa, kilang minyak dibangun BPM, terletak di Cepu, Jawa Tengah yang mengolah minyak mentah dari Kawenangan.
Sejak zaman Hindia Belanda Cepu lengkap sebagai pusat kegiatan usaha dan kantor pusat serta kilang minyak dengan perlengkapannya. Sementara Kawengan sebagai pusat kegiatan produksi minyak, dan Ledok sebagai kegiatan produksi sekaligus membawahi lapangan Blapangan Nglobo dan Semanggi.
Kilang Cepu dibangun De Dordtsche Petroleum Maatshchappij tahun 1894 untuk mengolah minyak mentah dari lapanganBlapangan sekitar Cepu dengan menggunakan proses distilasi atmosfer. Tahun 1911 Kilang Cepu ini dibeli oleh BPM
Kilang Wonokromo ini dibangun tahun 1889, merupakan kilang tertua untuk mengolah minyak dari Jabakota dekat Surabaya. Tahun 1911 kilang Wonokromo ini dibeli oleh BPM dan dioperasikan bersama kilang Cepu. Pemboman Sekutu menghancurkan instalasi kilang minyak Wonokromo.
sumber: buku Pertamina dari Puing-puing ke Masa Depan – Refleksi
Sejarah Kilang Di Indonesia – Lentera Kecil